Upacara HUT ke-80 RI di IKN: Tanpa Kehadiran Pejabat Pusat, Tetap Penuh Makna dan Kebanggaan
Info Penajam- Suasana khidmat bercampur haru mewarnai upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang digelar di Ibu Kota Nusantara (IKN). Meski tanpa kehadiran pejabat tinggi pemerintah pusat, upacara ini tetap berjalan dengan penuh semangat kebangsaan dan meninggalkan kesan mendalam bagi seluruh peserta.
Untuk pertama kalinya, peringatan detik-detik proklamasi di IKN diselenggarakan langsung oleh Otorita IKN bersama masyarakat sekitar. Momentum ini bukan sekadar seremoni, melainkan juga simbol kebangkitan dan kebersamaan di ibu kota baru bangsa Indonesia.
Baca Juga : IKN Siap Masuki Tahap Kedua, Kawasan Legislatif dan Yudikatif Dibangun Oktober 2025
Antusiasme Warga dari Berbagai Daerah
Sejak pukul 05.00 WITA, ribuan warga sudah berbondong-bondong menuju Plaza Seremoni IKN. Mereka datang dari berbagai wilayah, mulai dari Penajam Paser Utara, Paser, Balikpapan, Samarinda, hingga Jakarta. Kehadiran masyarakat yang begitu antusias menegaskan bahwa semangat kemerdekaan tidak hanya terikat pada lokasi, melainkan pada hati seluruh rakyat Indonesia.
Salah satunya adalah Najmawati, warga Tanah Grogot, Kabupaten Paser. Ia datang sejak subuh demi bisa menyaksikan langsung momen bersejarah ini.
“Saya senang sekali bisa hadir di IKN. Meskipun Presiden Prabowo tidak hadir, saya tetap bangga bisa ikut merasakan suasana khidmat ini. Melihat perkembangan IKN secara langsung membuat saya semakin percaya ibu kota baru ini akan menjadi kebanggaan bangsa,” ujarnya penuh semangat.
Susunan Upacara yang Penuh Makna
Upacara dimulai tepat pukul 07.00 WITA. Basuki Hadimuljono, Kepala Otorita IKN, bertindak sebagai Inspektur Upacara. Sementara itu, Mayor CPM Joni Kuswaryanto dipercaya sebagai Komandan Upacara.
Pembacaan teks-tugas penting juga menjadi sorotan:
-
Pembacaan Pancasila oleh Deputi Perencanaan dan Pertanahan Otorita IKN, Mia Amalia.
-
Pembacaan UUD 1945 oleh Deputi Pengendalian Pembangunan Otorita IKN, Thomas Umbu Pati.
-
Pembacaan Teks Proklamasi oleh anggota DPD RI, Yulianus Hennock.
Suasana semakin khidmat saat lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, diiringi penghormatan seluruh peserta upacara.
Momen Haru: Paskibraka Kibarkan Sang Merah Putih
Puncak acara yang paling ditunggu adalah ketika tim Purna Paskibraka melaksanakan tugas mengibarkan Sang Merah Putih.
Salah satu anggota Paskibraka, Ulil, siswi SMA Negeri 2 Penajam Paser Utara, dipercaya sebagai pembawa baki bendera. Ia tak bisa menyembunyikan rasa bangganya.
“Saya merasa sangat terhormat bisa membawa baki lagi di peringatan HUT ke-80 RI di IKN. Ini pengalaman berharga seumur hidup,” ungkapnya haru.
Persiapan mereka tidak main-main. Selama 10 hari penuh para anggota Paskibraka berlatih keras di Penajam Paser Utara. Meski sempat menghadapi kendala cuaca, semua terbayar dengan suksesnya prosesi pengibaran bendera.
Muhammad Hamdan Zoelva, salah satu pelatih, menegaskan bahwa semangat kebersamaanlah yang membuat tim Paskibraka mampu menjalankan tugas tanpa hambatan.
“Kendala memang ada, tapi tidak pernah menjadi alasan. Kami percaya jika dilakukan bersama, bendera Merah Putih pasti bisa berkibar dengan sempurna,” ujarnya.
Simbol Babak Baru Ibu Kota Nusantara
Perayaan HUT ke-80 RI di IKN bukan sekadar upacara tahunan, melainkan simbol sejarah baru. Upacara ini menandai bahwa IKN mulai mengambil peran penting sebagai pusat pemerintahan sekaligus pusat kebangsaan.
Bagi masyarakat yang hadir, momen ini bukan hanya peringatan kemerdekaan, melainkan juga ajakan untuk ikut serta membangun ibu kota negara baru. Semangat gotong royong, persatuan, dan kebanggaan sebagai bangsa besar terasa kental sepanjang acara.
“Upacara ini akan dikenang sebagai awal langkah IKN menjadi rumah baru seluruh rakyat Indonesia. Kami percaya, meski masih dalam tahap pembangunan, semangat kemerdekaan di sini sudah tumbuh begitu kuat,” tutur salah satu tokoh masyarakat yang hadir.
Penutup
Upacara HUT RI ke-80 di IKN memang sederhana, namun kesederhanaannya justru melahirkan makna yang mendalam. Tanpa kehadiran pejabat pusat sekalipun, semangat persatuan dan cinta tanah air tetap berkobar.
IKN tidak hanya berdiri sebagai kota baru, melainkan sebagai simbol harapan Indonesia menuju masa depan yang lebih maju, berdaulat, dan penuh persaudaraan.
